Rabu, 28 Oktober 2009

Muhammad saw. Penutup Para Nabi (6)




*         Pembelahan Dada Muhammad saw.
Pada suatu hari, ketika Muhammah saw. telah mendekati usia empat tahun, dan ketika bermain-main bersama saudara sesusuannya, anak Halimah as Sa'diah, jauh dari rumah, anak Halimah lari-lari datang kepada ibunya dan wajahnya nampak pucat pasi, meminta kepada ibunya untuk mencari saudara, Muhmaad. Maka ibunya bertanya ada apakah gerangan? Dia menjawab: Dua orang berpakaian serba putih mengambil Muhammad dari kita lalu membaringkannya dan membelah dadanya. Sebelum cerita anaknya selesai, Halimah bergegas menuju Muhammad saw. dan dengan wajah pucat pasi, Halimah melihat Muhammad duduk termangu di tempatnya. Seraya halimah menanyakan apa yang telah menimpa Muhammad. Muhammad menjawab bahwa dia baik-baik saja, lalu menceriterakan kepada Halimah bahwa dua orang berpakaian serba putih mengambilnya dan membelah dadanya, kemudian mengeluarkan hatinya dan membersihkan dari daging hitam yang melekat lalu membuangnya, kemudian mencuci hatinya dengan air dingin lalu mengembalikannya ke dalam, kemudian mengusap dadanya lalu meniggalkan tempat dan menghilang.
Halimah pulang bersama Muhammad, dan pada hari berikutnya, Halimah membawa Muhammad kepada ibundanya di Makkah dan Aminah tercengang heran atas kembalinya Halimah yang bukan waktunya. Aminah menanyakan tentang sebabnya, lalu Halimah menceriterakan tentang peristiwa pembelahan dada Muhammad saw.
Aminah berangkat bersama anak yatimnya ke Madinah untuk mengunjungi famili-familinya dari Bani Najjar dan tinggal di sana beberapa hari. Di dalam perjalanan kembali ke Makkah, dia menemui ajalnya di suatu tempat bernama Abwa dan di sana pula dia di makamkan. Di tempat inilah Muhammad berpisah dengan ibunya, sedangkan dia berusia enam tahun. Kakeknya, Abdul Muththalib-lah yang mengambil alih segalanya, merawat dan menanggungnya serta menyayanginya.
Pada usia ke delapan, kakeknya, Abdul Muththalib meninggal dunia, kemudian dia dirawat oleh pamannya, Abu Thalib, meski dengan keluarga yang banyak dan penghidupan yang pas-pasan. Pamannya merawatnya dan demikian juga istrinya, sebagaimana anak-anaknya sendiri. Oleh karenanya, anak yatim ini sangat bergantung kepada pamannya hingga menjadi besar. Dalam suasana demikian, mulailah Muhammad terbentuk kepribadiannya dan tumbuh di atas prinsip sidiq (kejujuran) dan anamah (dapat dipercaya) hingga kedua prinsip ini menjadi laqab (julukan) yang terkenal, sehingga jika dikatakan: Telah datang al amin, atau: Telah datang as sadiq, maka jelas itu adalah Muhammad saw.
Setelah Muhammad saw. menjadi remaja dan agak dewasa, mulailah dia bertumpu kepada dirinya sendiri dalam hal kehidupan dan penghidupannya. Dia mulai mencari pekerjaan hingga menjadi seorang pegembala kambing bagi bangsa Quraisy dengan imbalan upah yang sangat kecil. Dia juga bergabung dalam perjalanan menuju Syam. Ketika itu dia bergabung bersama Khadijah binti Khuwailid, seorang janda yang kaya-raya. Sedangkan wakilnya dalam perjalanan itu adalah Maisarah, budaknya dan pengelola hartanya. Dengan berkat Rasulullah saw. dan amanah-nya, perdagangan Khadijah mendapatkan keuntungan yang luar biasa yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Maka Khadijah bertanya kepada budaknya, Maesarah, tentang penyebab keuntungan yang melimpah-ruah ini. Maesarah menceriterakan bahwa sesungguhnya Muhammad bin Abdillah-lah yang melaksanakan proses penawaran dan penjualan, dan penawaran tersebut mendapatkan sambutan dari para pembeli, sehingga keuntungan yang melimpah-ruah itu bukanlah didapatkan dari cara yang zalim. Khadijah mendengarkan ceritera budaknya, Maesarah, sedangkan dia telah mengetahui dari Muhammad saw. beberapa hal. Maka bertambah besar kekagumannya terhadap Muhammad dan berminat untuk kawin dengannya.
 Khadijah mengutus salah seorang kerabatnya untuk mempelajari keinginannya dalam dalam hal ini, sedangkan Muhammad saw. berusia dua puluh lima tahun. Datanglah seorang perempuan kepada Muhammad menawarkan kawin dengan Khadijah dan Muhammad menerimanya. Maka terjadilah perkawinan antara Muhammad dan Khadijah. Keduanya merasa bahagia dan untuk selanjutnya, Muhammad-lah yang memegang managemen kekayaan Khadijah. Terbukti ketangkasan dan kemampuannya. Setelah berjalan beberapa tahun, berturut-turut Khadijah dikarunia beberapa anak laki-laki dan perempuan, yaitu: Zaenab, Ruqaiah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Sedangkan yang laki-laki adalah Qasim dan Abdullah, yang keduanya meninggal dunia di saat masih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar